Beranda | Artikel
Berhati-Hati Dari Dosa Kesyirikan dan Macam-Macam Maksiat
Rabu, 26 Juni 2019

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Berhati-Hati Dari Dosa Kesyirikan dan Macam-Macam Maksiat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab الدروس المهمة لعامة الأمة (pelajaran-pelajaran penting untuk segenap umat). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 28 Ramadhan 1440 H / 02 Juni 2019 M.

Download kajian sebelumnya: Pengertian Adab dan Beradab dengan Adab-Adab Islam

Status Program Kajian Tentang Pelajaran Penting untuk Umat

Status program Kajian Tentang Bagaimana Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Kajian Ilmiah Tentang Berhati-Hati Dari Dosa Kesyirikan dan Macam-Macam Maksiat

Berkata penulis Rahimahullahu Ta’ala pelajaran ke-17 adalah berhati-hati dari dosa kesyirikan dan macam-macam kemaksiatan. Mewaspadai serta memperingatkan manusia dari bahaya dosa kesyirikan dan macam-macam dosa dan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diantara dosa tersebut adalah tujuh dosa yang akan membinasakan seorang hamba. Yaitu:

  1. dosa kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
  2. dosa sihir,
  3. dosa membunuh seorang jiwa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan dengan hak,
  4. dosa memakan harta anak yatim,
  5. dosa memakan harta riba,
  6. dosa berpaling dari medan peperangan,
  7. dosa menuduh wanita Muslimah yang terhormat dengan tuduhan yang keji.

Dan diantara dosa tersebut adalah dosa durhaka terhadap kedua orang tua, dosa memutus tali silaturahmi, dosa persaksian yang palsu, dosa sumpah palsu, menyakiti tetangga, mendzalimi manusia baik didalam darahnya, didalam hartanya ataupun kehormatannya, dosa meminum minuman yang memabukkan, dosa berjudi, dosa ghibah, dosa namimah (mengadu domba) dan dosa-dosa yang lain yang dilarang oleh Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kata Syaikh ‘Abdurrazzaq Hafidzahullahu Ta’ala, setelah penulis Rahimahullah Ta’ala menyelesaikan pembahasan di dua pelajaran yang telah lalu, yaitu pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan akhlak dan adab-adab Islam serta pentingnya seorang Muslim untuk berhias diri dengan adab dan akhlak tersebut, maka di pelajaran yang ke-17, penulis ingin memperingatkan kita semua dari bahaya-bahaya dosa besar serta melarang kita dari perbuatan-perbuatan dosa tersebut.

Maka kata Syaikh, dua pelajaran yang lalu itu berkaitan dengan tahliyah. Yaitu menghiasi diri atau mengisi diri kita dengan adab-adab dan akhlak-akhlak Islamiyah. Maka di pelajaran ini berkaitan dengan takhliyah. Yaitu mengosongkan dan membersihkan diri kita dari perkara-perkara yang buruk.

Dan perlu kita ketahui bahwasanya agama kita dibangun di atas dua pondasi; mengisi diri dengan berbagai macam keutamaan, kemudian mengosongkan diri dari berbagai macam keburukan dan kehinaan. Dan seagung-agung keutamaan, sebesar-besar kebaikan adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana serendah-rendah kehinaan dan sebesar-besar perkara yang membinasakan seorang hamba adalah perbuatan kesyirikan -menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala-. Sebagaimana seorang Muslim dituntut untuk mengetahui perkara-perkara kebaikan, perkara-perkara keutamaan, agar dia bisa berhias diri dengan kebaikan-kebaikan tersebut, agar dia bisa menjadi orang yang mengerjakan kebaikan dan memiliki karakter-karakter yang baik tersebut, maka seorang Muslim pun dituntut untuk mengetahui perkara-perkara yang diharamkan bahkan perkara-perkara yang membinasakan dirinya.

Apa tujuannya?

Yaitu agar seorang Muslim bisa menjauh perkara-perkara yang buruk tersebut dan bisa menjaga dirinya agar jangan sampai jatuh kedalam perkara-perkara yang buruk tersebut. Sebagaimana perkataan seorang penyair, “Pelajari keburukan bukan dalam rangka mengamalkan keburukan tersebut, akan tetapi kita tahu keburukan agar kita bisa menjaga diri kita dari keburukan tersebut. Tatkala seseorang tidak tahu mana keburukan, maka dikhawatirkan dia akan jatuh kedalam perkara keburukan tersebut.”

Dahulu, salah seorang Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu ‘Anhu pernah mengatakan:

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

“Dahulu manusia -yakni para Sahabat- mereka berlomba-lomba bertanya kepada Nabi tentang perkara-perkara kebaikan. Adapun aku maka bertanya kepada Rasulullah tentang perkara keburukan karena aku khawatir kalau aku tidak tahu keburukan tersebut, dia akan menimpa diriku.” (HR. Bukhari)

Dahulu ulama kita mengatakan:

كيف يتقي من لا يدري ما يتقي؟

“Bagaimana seseorang akan menjaga dirinya dari keburukan sesuatu yang dia tidak tahu sesuatu tersebut?”

Maknanya bagaimana seseorang akan mampu menjaga dirinya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala? Bagaimana seseorang akan mampu menjauhi perkara-perkara yang mungkar? Sedangkan dia sendiri tidak tahu perkara-perkara yang diharamkan dan mungkar tersebut. Dia tidak tahu bahaya hal-hal tersebut, tidak tahu tentang hukuman yang dijelaskan oleh nash-nash syar’i yang menjelaskan tentang keburukan hal-hal tersebut.

Maka sangat-sangat wajib atas setiap Muslim untuk mengetahui dosa-dosa besar dengan tujuan dia mampu menjaga dirinya dari keburukan dosa-dosa tersebut dan dia bisa menjauhi dosa-dosa tersebut.

Oleh karenanya para ulama kita Rahimahumullah menulis tulisan-tulisan yang secara khusus membahas tentang masalah dosa-dosa besar. Mereka membawakan dosa-dosa yang masuk dalam kategori dosa besar. Dan mereka menyebutkan setiap dosa besar disertai dengan dalil-dalilnya baik dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Diantara tulisan yang terbaik di dalam bab ini adalah kitab Al-Kabair karya Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah Ta’ala. Sesungguhnya kitab Al-Kabair tersebut adalah kitab yang sangat besar di dalam bab ini dan sangat bermanfaat di dalam memberikan peringatan kepada kaum Muslimin dari bahaya dosa-dosa besar.

Kesimpulannya bahwa seorang Muslim dituntut untuk mengetahui dosa-dosa besar, untuk mengetahui perkara-perkara yang bisa memisahkan dirinya, mengetahui bahaya-bahaya dosa tersebut dan mengetahui hukuman-hukuman yang dijelaskan oleh nash-nash syar’i. Hal ini agar seorang Muslim mampu mewaspadai dosa-dosa tersebut dan juga memperingatkan orang lain dari keburukan dosa tersebut. Dia menjauhi untuk dirinya sendiri dan memperingatkan orang lain dari keburukan dosa tersebut dalam rangka tolong-menolong diatas kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam rangka beramar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari perkara-perkara yang mungkar).

Nash-nash syar’i menunjukkan bahwasanya maksiat dan dosa terbagi menjadi dua macam; ada maksiat dan dosa yang masuk dalam kategori dosa-dosa besar dan ada dosa dan maksiat yang masuk dalam kategori dosa-dosa kecil. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Qamar ayat yang ke-52 dan 53, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ ﴿٥٢﴾ وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُّسْتَطَرٌ ﴿٥٣﴾

Dan segala sesuatu yang mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala sesuatu yang kecil maupun yang besar semuanya tertulis.” (QS. Al-Qamar[54]: 52)

Di ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا ﴿٣١﴾

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia -yaitu surga Allah Subhanahu wa Ta’ala-” (QS. An-Nisa[4]: 31)

Di ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ

Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil.” (QS. An-Najm[53]: 32)

Di ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ

Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujurat[49]: 7)

Pada ayat yang terakhir, yaitu surat Al-Hujurat ayat yang ke-7. Di sini dosa dan maksiat dibagi menjadi tiga macam. Yaitu:

  1. dosa kekufuran, yaitu perkara yang bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam,
  2. dosa kefasikan, yaitu dosa-dosa besar,
  3. dosa kedurhakaan, dosa-dosa yang levelnya dibawah dosa-dosa besar.

Maka di dalam do’a yang datang dalam nash Al-Qur’annul Karim:

رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا

“Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan gugurkan kesalahan-kesalahan kami.”

Maka di ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dua hal. Yang pertama adalah dzunub, dan yang kedua adalah asy-sayyi’at. Dan yang dimaksud dengan kata dzunub di ayat tersebut adalah Al-Kabair (dosa-dosa besar). Adapun asy-sayyi’at pada ayat di atas, maknanya adalah ashshaghair (dosa-dosa kecil). Dan nash-nash Al-Qur’an yang berbicara tentang hal ini sangat banyak kita temukan.

Tidak diragukan lagi bahwasanya pengetahuan seorang Muslim tentang dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, pengetahuan seorang Muslim bahwasanya dosa itu terbagi menjadi dua macam, pengetahuan seorang Muslim akan bahaya dosa-dosa besar dan bahwasanya dosa-dosa kecil bisa digugurkan dengan amal-amal ketaatan -secara khusus amal-amal yang besar- sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Shalat yang lima waktu, satu Jum’at ke Jumat berikutnya, satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, merupakan penggugur dosa-dosa seorang hamba di antara keduanya selama dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

Oleh karenanya di ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:

وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا

Dan gugurkan kesalahan-kesalahan kami.

Maknanya yakni gugurkan dengan amal-amal kebaikan yang Allah berikan taufik kepada seorang hamba untuk mengerjakan amal-amal tersebut. Jadi amal-amal kebaikan yang kita kerjakan, merupakan diantara penggugur dosa-dosa yang kita lakukan -yaitu dosa-dosa kecil yang kita kerjakan-. Akan tetapi dosa-dosa besar, maka harus disertai dengan taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara meninggalkan dosa dan maksiat tersebut dan kita berkeinginan keras untuk tidak kembali mengulangi dosa yang sudah kita taubat darinya.

Penulis Rahimahullahu Ta’ala -di dalam pelajaran ke 17 ini- mengisyaratkan beberapa jenis dosa-dosa besar -tidak beliau sebutkan semuanya- untuk mengingatkan kita semua dengan apa yang beliau sebutkan kepada apa-apa yang belum disebutkan. Dan apa yang beliau sebutkan ini sesuai dengan kitab beliau yang sangat ringkas. Maka beliau hanya sebutkan beberapa jenis dosa besar. Beliau tidak menyebutkan semua dosa besar. Dan beliau ingin memberikan peringatan kepada kita semuanya bahwasanya seorang Muslim sangat membutuhkan pelajaran-pelajaran tersebut. Dan seorang Muslim sangat berhajat untuk mengetahui dosa-dosa besar dan dosa-dosa yang bisa membinasakan dirinya. Agar dia bisa menjaga dirinya dari keburukan dosa-dosa tersebut.

Di antara perkara yang kita dapatkan di tengah-tengah manusia, banyak di antara manusia sangat memperhatikan perkara-perkara yang bisa bermudzarat terhadap fisik-fisik mereka, terhadap badan-badan mereka. Mereka bertanya tentang perkara-perkara tersebut, mereka berusaha menjauhi perkara-perkara yang bisa merusak badan tersebut, dan mereka sangat mempedulikan perkara tersebut. Sehingga mereka rela untuk meninggalkan makanan-makanan yang baik -yang awalnya boleh untuk dimakan- demi menjaga konsistensi kesehatan fisiknya. Demi menjaga kesehatan tubuhnya, dia rela meninggalkan makanan-makanan tersebut. Dia tidak memakan dan tidak mendekatinya demi bisa menjaga kesehatan tubuhnya, demi bisa menjaga kesehatan fisiknya. Dia rela meninggalkan perkara-perkara tersebut karena dia tahu bahwasanya hal tersebut bermudzarat untuk badannya.

Dalam waktu yang sama, sangat kita sayangkan ternyata mereka tidak menjaga fisik-fisik mereka dari pengaruh dosa-dosa besar. Karena tatkala seorang hamba menjaga dirinya untuk menjauhi dosa-dosa besar, maka hal tersebut diantara wasilah terbaik untuk menjaga badan seseorang -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala- dari masuk kedalam siksa api neraka di hari kiamat. Maka sungguh sangat aneh kalau misalnya kita dapatkan banyak diantara manusia yang rela untuk menjaga diri dari makanan-makanan yang asalnya halal karena dia khawatir bermudzarat terhadap kesehatan fisiknya, lalu kenapa dia tidak menjaga badannya? kenpaa dia tidak menjaga fisiknya tersebut dari pengaruh-pengaruh dosa yang sangat bermudzarat terhadap kebaikan jasad seorang hamba? Maka ini perkara yang sangat mengherankan.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Berhati-Hati Dari Dosa Kesyirikan dan Macam-Macam Maksiat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47265-berhati-hati-dari-dosa-kesyirikan-dan-macam-macam-maksiat/